Oleh
Triawan Umbu Uli Mehakati
Salah satu tujuan Lembaga KOPPESDA
adalah untuk mencapai cita-cita bersama, antara lain; mendorong terjadinya
perubahan dan transformasi sosial, transformasi masyarakat yang lebih
demokratis, lebih adil dan kesetaraan hubungan
sosial antara laki-laki dan perempuan, dan kesetaraan hak dan informasi antara
masyarakat kecil dan penguasa.
Proses perubahan sosial yang
berlangsung dinamis dan kecenderungan perubahannya dimasa mendatang,
mengharuskan KOPPESDA sebagai mitra petani atau masyarakat, untuk membantu
masyarakat dalam mempersiapkan masyarakat dengan cara memperbahurui dan
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas organisasi/kelompok yang ada
dimasyarakat. Oleh karena itu, kemampuan individu (staf) dan lembaga juga perlu
ditingkatkan. Peningkatan kapasitas diharapkan mampu mendorong perubahan
individu dan lembaga, agar lewat pendampingan dimasyarakat, KOPPESDA dapat
bekerja lebih efektif mengembangkan kesadaran masyarakat untuk ; melakukan,
memelihara dan mengembangkan perubahan sosial kearah yang lebih berkeadilan dan
lebih demokratis, termasuk didalamnya, mengurangi kemiskinan dan menciptakan
hubungan yang lebih adil diantara laki-laki dan perempuan, antara penguasa dan
masyarakat kecil.
Pendamping Lapangan sebagai ujung
tombak Lembaga dalam mengimplementasikan Program lewat kegiatan-kegiatan
berbasis masyarakat dan kelestarian sumber daya alam Desa wajib memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang cukup.
Salah satu hal yang mutlak diperlukan terkait pengetahuan dan kemampuan
adalah peningkatan dan penguatan kapasitas. Penguatan kapasitas dapat dilakukan
lewat pelatihan-pelatihan oleh Lembaga, Pemerintah, dan mitra-mitra terkait.
Salah satu prinsip penguatan kapasitas adalah meningkatkan kinerja serta
efektifitas individu dan organisasi dalam mencapai tujuan dan mewujudkan
nilai-nilai yang diyakini. Peningkatan kapasitas berorientasi pada aksi, tidak
hanya berteori saja. dan kapasitas akan meningkat jika terjadi
proses belajar (baca: mau belajar) dari diskusi dengan Teman-teman di
KOPPESDA dan dari pengalaman-pengalaman saat
melakukan pendampingan dimasyarakat.
Hubungan sosial masyarakat di Sumba
Timur, antara laki-laki dan perempuan dan antara Penguasa Lokal, Maramba dan masyarakat kecil sejak
dahulu sampai saat ini tidak lebih dari hubungan yang dibangun dan dilestarikan
untuk tujuan menguntungkan pihak laki-laki dan penguasa lokal, sedangkan pihak
lain (perempuan dan masyarakat kecil) seringkali dirugikan, yang menjadikan
ketergantungan perempuan dan masyarakat kecil terhadap laki-laki dan penguasa
lokal cukup besar.
Sebagai lembaga mitra petani dan
masyarakat, KOPPESDA memiliki Staf Pedamping Lapangan/Fasilitator yang
melakukan pendampingan dalam mengimplementasikan program-program pemberdayaan
ditingkat Masyarakat Desa. Pendamping Lapangan yang bertugas di Desa wilayah
binaan sering sekali berhadapan atau bersinggungan dengan penguasa-penguasa
lokal yang merasa “kenyamanannya” diusik. Salah satu tantangan yang ditemui
dalam mengimplementasikan kegiatan di Desa adalah sikap egois/feodal tokoh
masyarakat, yaitu dominan saat pertemuan, tidak terlibat dalam aksi/kerja,
tetapi menuntut untuk diistimewahkan. Salah satu alasan, kurang terlibatnya tokoh-tokoh
masyarakat di Desa, karena tingkat keterlibatan mereka lebih bergantung pada;
Berapa banyak keuntungan materi yang akan mereka peroleh? Siapa pengelola
kegiatan ditingkat Desa? Apa manfaat langsung yang akan mereka terima?
‘Uang
duduk’
dalam pertemuan dan ‘uang HOK’ dalam
bekerja telah menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi, agar dapat dengan
mudah memobilisasi masyarakat. Informasi yang salah terkait mekanisme
implementasi program juga merupakan tantangan bagi para Pendamping di Desa,
masyarakat terbiasa/cenderung lebih tertarik dengan kegiatan berlatar belakang proyek,
karena lebih instan (selesai kerja, dapat
HOK). Kegiatan rutin sehari-hari dalam keluarga, misalnya menggembalakan
ternak, menyediakan dan memberi pakan ternak, aktifitas di kebun adalah salah
satu alasan klasik yang sering dilontarkan oleh masyarakat ketika ditanya
terkait kurangnya partisipasi dalam pertemuan, maupun pada saat praktek kerja
dilokasi kegiatan usaha.
Strategi yang dilakukan dalam
menghadapi tantangan dan hambatan di Desa antara lain, terus mendekati dan
membangun kesadaran para Tokoh-tokoh masyarakat tentang pentingnya keterlibatan
mereka dalam mendukung program demi kemajuan daerah mereka. Diskusi yang intens
dengan masyarakat tentang manfaat jangka panjang program dan arti serta manfaat
dari pemberdayaan (penguatan kapasitas
masyarakat dan kelompok). Terlibat langsung dan aktif dalam setiap proses
kegiatan dengan tujuan menggugah dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan usaha terkait program. Memfasilitasi
masyarakat kecil dan pemuda yang punya kesadaran dan keinginan untuk bekerja.
Pemberdayaan bukan hanya sekedar kemampuan
memobilisasi masyarakat, tetapi lebih dari itu adalah “rangkaian
proses” bersama masyarakat menuju kearah yang lebih baik.
Peran serta masyarakat, khususnya perempuan dan
masyarakat kecil, secara individu dan kelompok benar-benar terlibat secara
sadar dan terwakili secara merata dalam keseluruhan proses program dan
pemanfaatan hasil kegiatan usaha yang dicapai. Membangkitkan kesadaran
masyarakat untuk mengedepankan tradisi kesetikawanan, kesetaraan, gotong royong
serta menghomati dan berusaha mengembangkan kearifan lokal yang telah teruji
menjaga nilai-nilai dalam masyarakat. Memperkuat kemampuan dan kemandirian
masyarakat dan kelompok untuk menentukan pilihan dan membuat keputusan sendiri.
Bantuan dari luar lebih sebagai pelengkap, pemberdayaan untuk kemandirian
jangka panjang, kemandirian jangka panjang untuk keberlanjutan kegiatan demi
kesejahteraan masyarakat.
Pendamping Lapangan berada
ditengah masyarakat bukan hanya untuk memastikan jalannya kegiatan dari suatu program,
tetapi untuk menggali, mengembangkan, berbagi serta belajar
bersama terkait dengan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang telah
mereka miliki.
Pendamping
Lapangan (yang pastinya) bukan ‘buruh’ masyarakat, tetapi Pendamping Lapangan
adalah bagian dari masyarakat dampingannya.
.......................BUKAN pendekatan
‘Proyek Sesaat’...