LATAR BELAKANG
Perubahan Iklim merupakan tantangan bagi kita semua, khususnya dibidang pertanian, perikanan dll. dalam rangka meningkatkan kapasitas, kemampuan adaptasi masyarakat, maka KOPPESDA, BMKG, KLHK, UNDP-SPARC dan Bappeda Kab/Provinsi mengembangkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Kab. Sumba Timur. Kegiatan ini berlangsung dari Bulan Maret 2015 hingga Bulan April 2016.
1 Pertanian merupakan salah satu
kegiatan manusia yang sangat tergantung pada iklim mulai dari perencanaan,
penanaman hingga panen, karena Iklim adalah unsur utama yang berpengaruh dalam
sistem metabolisme dan fisiologi tanaman
2. Iklim tidak lagi bersahabat dengan
petani, karena adanya perubahan iklim (pergeseran musim, curah hujan tidak
menentu, kekeringan, intensitas curah hujan yang tinggi, dll) yang akan
bersampak buruk pada sumber-sumber penghidupan, khususnya di bidang pertanian
(keberlanjutan ketahanan pangan).
3. Kearifan Lokal sebagai salah satu
acuan dalam usaha pertanian (untuk penentuan musim olah lahan, tanam dst) tidak
lagi dapat dipergunakan oleh petani, karena sudah lama ditinggalkan
TUJUAN SLI (Sekolah Lapang Iklim)
- membangun kemampuan masyarakat pada umumnya dan masyarakat tani khususnya dalam melakukan antisipasi dan adaptasi perubahan iklim, serta melakukan mitigasi terhadap dampak yang ditimbulkan.
- Tujuan khusus :
(a) meningkatkan kemampuan petani dalam mengidentifikasi indikator anomali dan perubahan iklim yang dapat berdampak buruk terhadap sumber-sumber penghidupan, khususnya di bidang pertanian
(b) Meningkatkan kemampuan petani berdasarkan IPTEK dalam melakukan upaya adaptasi untuk mengurangi dampak buruk iklim, khususnya di bidang pertanian
(c) Mengkolaborasikan informasi iklim dengan kearifan lokal, dalam pengembangan usaha pertanian
Kegiatan SLI dilaksanakan di tingkat
Kelompok Masyarakat Program Kampung Iklim (Kemas Proklim) secara khusus di 3
Desa sasaran Program SPARC (Palanggay, Rakawatu dan Napu).
Peta Lokasi Pengembangan SLI di Kab. Sumba Timur |
- Desa Palanggay, Kec Pahunga Lodu, merupakan desa yang ada di sebelah timur pulau sumba. Luas wilayah mencapai 90 km2 atau 9000 ha dengan ketinggian 88 dpl.
- Desa Napu, Kec. Hahar, merupakan desa yang terletak di bagian pesisir pantai utara bagian barat, Kabupaten Sumba Timur. Desa ini memiliki luas wilayah mencapai 14,26 km2 atau 1.426, 0 ha dengan ketinggian 207 dpl.
- Desa Rakawatu Kec. Lewa, Terletak di Sumba Timur bagian barat, Kecamatan Lewa. memiliki luas 16,6 km2 atau 1.660 ha, merupakan desa pedalaman dengan ketinggian 543 dpl.
Tabel. 1
Data Penduduk
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
TAHAPAN
PENGEMBANGAN SEKOLAH LAPANG IKLIM
I. Pengenalan SLI di 3 Desa Sasaran bersama BMKG Waingapu dan BP3K
Suasana Pelaksanaan SLI di Desa Palanggay |
Pada tahap pengenalan ini BMKG menyampaikan materi – dasar tentang tentang:
- iklim, cuaca, suhu, dan factor- faktor yang mempengaruhinya seperti angin, pengaruh El Nino dan El Nina.
- Kondisi iklim dan curah hujan di Sumba dan pengaruh wilayah (australia), terhadap sumba (angin puting beliung, badai tropik, dll)
- prediksi curah hujan untuk bulan berikutnya, tetapi keakuratannya hanya sebatas 80%.hal ini terjadi karena masih minim sarana prasarana pencacah curah hujan disetiap kecamatan atau desa serta tidak terupdatenya data dari beberapa kecamatan yg sudah dilengkapi alat pencacah.
- Peran kearifan lokal untuk menyesuaikan diri dengan anomali iklim, sehingga dampak buruk anomali iklim dapat dikurangi.
II. Pemasangan alat pencacah curah hujan manual (ombrometer) dan pelatihan pemantauan data curah hujan
Pemasangan Alat Pencacah CH di Desa Napu |
Pada Tahap ini BMKG Waingapu memberikan materi tentang:
- cara penggunan alat pencatat curah hujan dalm memprediksi curah hujan yang ada di suatu daerah.
- Manfaat/kegunaan alat pencacah curah hujan dalam memprediksi curah hujan.
- Pencatatan data curah hujan secara teratur (setiap hari) untuk meningkatkan keakuratan data untuk keperluan analisa dan perdiksi kondisi iklim, sehingga dapat bermanfaat untuk kegiatan-kegiatan masyarakat dalam mengurangi dampak buruk anomali iklim
- Peran Pengurus Kemas Proklim sebagai Relawan dalam melakukan pengisian data curah hujan
III. Pegisian data curah Hujan oleh Relawan (Kemas Proklim)
Tabel 2. Contoh Tabel Pengisian data curah Hujan
Bulan
|
jml
Hujan Sebulan
|
Byk
Hari Hujan Sebulan
|
Jml
Rat2 Hujan dlm sebulan
|
Jml
Rata2 CH dlm sebulan
|
mm
|
hari
|
mm/hr
|
mm/bln
|
|
Agu
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Sept
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Okt
|
0
|
0
|
0
|
0
|
N ov
|
1.40
|
1
|
0.04667
|
1.4
|
Des
|
1.52
|
12
|
4.9129
|
12.9129
|
Jan
|
212
|
6
|
6.83871
|
35.3333
|
Feb
|
383.9
|
16
|
13.2379
|
23.9938
|
Mar
|
356.4
|
12
|
11.4968
|
29.7
|
Apr
|
135.9
|
11
|
4.53
|
12.3545
|
Mei
|
69.5
|
6
|
2.24194
|
11.5833
|
Juni
|
23.5
|
3
|
0.78333
|
7.83333
|
TANTANGAN PENGEMBANGAN SEKOLAH LAPANG IKLIM
- Kerelawanan dari Pengurus Kemas Proklim
- Jaringan Kemitraan dengan pihak-pihak hak terkait dalam pengelolaan, pemeliharaan dan pemanfaatan data curah hujan (BMKG, BLH, Distan, BP3K).
- Peningkatan Kapasitas dan peran Kemas Proklim sebagai Pusat Informasi Iklim di Desa (Posko Iklim)
- Pada Juli 2016 NTT secara umum dan Sumba memasuki iklim basah/ kemarau basah (La Nina)yang membawa dampak buruk bagi petani (produksi menurun, serangan hama, dll). Selain membawa dampak buruk, kalau diantisipasi dengan baik, maka hal tersebut membawa dampak positif (Jagung Kedua, dll).
- Peran yang dapat dimainkan:
- Menjadi tempat belajar (pelatihan, demplot) untuk dapat mengantisipasi/beradaptasi dengan kondisi iklim yang berubah, sehingga dampak negatifnya dapat di kurangi.
- Bekerjasama dengan Distan dan BP4K kab. Sumba Timur untuk mendesimininasikan informasi tentang Kalender Tanam Terpadu
- Bekerjasama dengan BMKG (waingapu dan Lasiana Kupang) mendesimininasikan informasi iklim berbasis SMS atau Android
- Bekerjasama dengan media informasi Radio Pemerintah dan Swasta/Pemerintah, media sosial untuk penyebarluasan informasi iklim.
- Menjadi wadah untuk belajar informasi iklim melalui media, leaflet, brosur, modul, dll
- Masyarakat (petani) mengetahui dan dan memanfaatkan informasi tentang peluang hari hujan dan peluang hari kering.
- Masyarakat (petani) dapat mempunyai kapasitas untuk menyesuaikan musim tanam berdasarkan informasi iklim
- Masyarakat dapat menyesuaikan varietas dan jenis tanaman sesuai dengan peluang hari hujan dan peluang hari kering
- Masyarakat dapat mengantisipasi kemungkinan tantangan dalam usaha pertanian (hama penyakit, banjir, erosi, dll)
File Presentasi dapat di unduh di sini!https://docs.google.com/presentation/d/165CPTRcEhv6kEQG2PUAOmLy-cXfSU9bQCkrid_Ub8ZQ/edit#slide=id.p3"Hasil Akhir Yang Diharapkan Adalah Kemandirian Pangan Masyarakat di Era Tantangan Perubahan Iklim".
(DK)